aku hanyalah bagian kecil dari alang-alang
yang terbang karena ada angin yang berhembus
aku cuma secuil kecil dari suara yang terabaikan
sejenak aku menepis keinginanku untuk berteriak
tidak
bahkan aku hanya dianggap sebagai kerikil kali
rasanya sudah tak ada lagi tempat untukku berpegang tangan dan berteduh
ping
pong
ping
pong
ping
pong
ping
pong
ping
pong
ping
pong
ping
pong
itulah gambaran yang ingin ku tulis
aku bagai bola hidup bernyawa
yang kau ombang-ambingkan
dengan tongkat janji
sakit
negara ini butuh pemimpin yang bukan rasis
kenapa memikirkan soal pemimpin
kalo wakil rakyat saja ingin menang sendiri
harusnya merakyat
bukan malah menjadikan rakyat melarat
mungkin Ebiet G Ade memang benar
kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
suci lahir dan didalam batin
kalau ingin memimpin rakyat
buatlah jalan didepan hati kami
agar kami tak mencari jalan sendiri untuk merevolusi waktu
jangan kau membangun jalan dengan tujuan korupsi
dan biarkan kami hidup tenang dalam pelukanmu
Home » Archives for Mei 2014
Minggu, 18 Mei 2014
Tutur Rindu yang Terlupakan
di tanah subur hijau ini kita lahir
engkau dan aku dibesarkan oleh ibu yang sedarah
masih ingatkah engkau
dengan kaca bundar yang sering kita mainkan berdua
tawa canda
duka cita
tlah kita lewati sejak kita memegang gula-gula
hingga kini
aku ingat saat engkau mengajakku kesebuah tempat
tempat itu hijau
sejuk
rindang
dengan air mengalir di pinggirnya
aku ingat ketika kita makan harapan bersama
dengan sendok hitam besar
dan orang-orang yang menyuapi kita
kita panggil guru
aku ingat saat butiran air berjalan melewati celah-celah matamu
aku ingat semua hal yang tlah kita lewati bersama
namun
kenapa tinggal aku sendiri disini
engkau melangkah jauh entah kemana
sering aku bertanya dalam hati
apa yang sedang kau kerjakan
dengan siapa
dan apakah kau berpikir sama sepertiku
kawan
kau sudah menentukan jalanmu
jika waktu luang berbisik kepadamu
maka pulanglah
walau hanya melirik kampung asalmu dibesarkan
tak taukah engkau
bahwa kupu-kupu tak mungkin ada tanpa kepompong
dalam hening ku berdoa untuk keselamatanmu
dalam doa pun aku berteriak
aku rindu hari kemarin bersamamu
engkau dan aku dibesarkan oleh ibu yang sedarah
masih ingatkah engkau
dengan kaca bundar yang sering kita mainkan berdua
tawa canda
duka cita
tlah kita lewati sejak kita memegang gula-gula
hingga kini
aku ingat saat engkau mengajakku kesebuah tempat
tempat itu hijau
sejuk
rindang
dengan air mengalir di pinggirnya
aku ingat ketika kita makan harapan bersama
dengan sendok hitam besar
dan orang-orang yang menyuapi kita
kita panggil guru
aku ingat saat butiran air berjalan melewati celah-celah matamu
aku ingat semua hal yang tlah kita lewati bersama
namun
kenapa tinggal aku sendiri disini
engkau melangkah jauh entah kemana
sering aku bertanya dalam hati
apa yang sedang kau kerjakan
dengan siapa
dan apakah kau berpikir sama sepertiku
kawan
kau sudah menentukan jalanmu
jika waktu luang berbisik kepadamu
maka pulanglah
walau hanya melirik kampung asalmu dibesarkan
tak taukah engkau
bahwa kupu-kupu tak mungkin ada tanpa kepompong
dalam hening ku berdoa untuk keselamatanmu
dalam doa pun aku berteriak
aku rindu hari kemarin bersamamu
Doa Keputusasaan
bagai nyawa tak bertuan
ketika melihat langit melahirkan hantu-hantu kecil
seperti bola mayat yang dimakan sebuah cermin harapan dari batu
maka kura-kura yang berharap bisa terbang
akan menjatuhkan kakinya ke dalam tungku
karena hujan menjerit kesakitan
oleh tulisan kertas yang terlupakan
ketidakbiasaan ini sering dilihat dengan ragu
walau sungai bening yang mengalir
penuh dengan sayap-sayap malaikat kecil
tersapu keringat kekecewaan
dan mengikuti arusnya
terakhir aku melihatnya
tak ada tempat buat berpijak lelah
ketika melihat langit melahirkan hantu-hantu kecil
seperti bola mayat yang dimakan sebuah cermin harapan dari batu
maka kura-kura yang berharap bisa terbang
akan menjatuhkan kakinya ke dalam tungku
karena hujan menjerit kesakitan
oleh tulisan kertas yang terlupakan
ketidakbiasaan ini sering dilihat dengan ragu
walau sungai bening yang mengalir
penuh dengan sayap-sayap malaikat kecil
tersapu keringat kekecewaan
dan mengikuti arusnya
terakhir aku melihatnya
tak ada tempat buat berpijak lelah
Rasakan
sesekali kau harus merasakan nikmatnya kebebasan
tanpa terikat hitam diatas putih
telanjangi kakimu dari selongsong kulit mewah
sentuhlah tanah subur ini yang telah terbasahi oleh air mata matahari
berlarilah sebentar saja
aku tahu ini tak sebanding dengan kehidupanmu disana
pernahkah kau melihat klorofil hijau dengan kepompong dibawahnya
dan sungai berbatu yang bening
juga hirupan sejuk dari dewi alam
ini semua akan membuatmu berfikir
tak ada yang seindah kampumg halaman
tanpa terikat hitam diatas putih
telanjangi kakimu dari selongsong kulit mewah
sentuhlah tanah subur ini yang telah terbasahi oleh air mata matahari
berlarilah sebentar saja
aku tahu ini tak sebanding dengan kehidupanmu disana
pernahkah kau melihat klorofil hijau dengan kepompong dibawahnya
dan sungai berbatu yang bening
juga hirupan sejuk dari dewi alam
ini semua akan membuatmu berfikir
tak ada yang seindah kampumg halaman
Langganan:
Komentar (Atom)